TEORI SISTEM PEMELIHARAAN ASET
A. Definisi
Pemeliharaan Aset Menurut Beberapa Sumber
- Pemeliharaan adalah serangkaian aktivitas untuk menjaga, memperbaiki dan mengembalikan kondisi peralatan atau sistem, agar kinerjanya sesuai dengan fungsi atau rancangannya. (Sugiama, 2014)
- Dalam buku “operations Management” pemeliharaan adalah : “all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.(Heizer,2001,h.45)
- Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya. (KemenPU, 2008, h.VII-6).
- Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya. (KemenPU, 2008, h.VII-6)
B. Tujuan
Pemeliharaan Aset
- Untuk memperpanjang kegunaan asset.
- Untuk menjamin ketersediaan optimum aset yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin.
- Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh aset atau peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
- Untuk menjamin keselamatan pengguna sarana tersebut.
- Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien.
C.
Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan (
maintenance) antara lain :
- Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
- Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya perbaikan yang terus-menerus, maka tidak akan ada pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
- Mengurangi persediaan. Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus disiapkan untuk melakukan produksi ulang.
- Biaya operasi lebih rendah. Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan persediaan yang rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi lebih rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya biaya tambahan karena proses pengerjaan ulang.
- Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus produktivitas adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar (dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar lagi jika output semakin besar.
- Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.
D. Jenis-jenis Pemeliharaan
Secara
umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam
dua cara , yaitu :
1) Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
Pemeliharaan
terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginisir untuk
mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut
Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua
aktivitas utama yaitu:
a)
Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik untuk mendeteksi
kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya fungsi
peralatan dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi semula atau
dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum
kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.
Menurut
Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management” preventive maintenance adalah : “A plan that involves routine inspections,
servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”.
Artinya preventive maintenance adalah
sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga
agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang
akan datang. Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk : inspeksi, perbaikan
kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama
beroperasi terhindar dari kerusakan.
Menurut
Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability,
maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) yaitu:
- Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,
- Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
- Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
- Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
- Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru jadi,
- Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan,
- Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.
b)
Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan
secara korektif (corrective maintenance)
adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang
dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi)
yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder,
Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama
untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga
overhaul terencana.
Menurut
Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be
repaired on an emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang
terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan
darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.
Menurut Dhillon B.S,2001 Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak
direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan,
terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya. Dengan
demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal
operasi, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor
yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem organisasi
untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan.
Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi
keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya yaitu:
2) Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)
Pemeliharaan
tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai
pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat
yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau
untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pada umumya sistem
pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan
dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan
digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.
(Sumber:
Anonim, USU)
Rujukan
Anonim,
BAB II Tinajauan Pustaka “Pemeliharaan
(Maintainance)”, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dhillon B.S, (2006) ,“Maintainability, Maintenance, And Reliability For Engineers”.
Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management”.
Dhillon B.S, (2006) ,“Maintainability, Maintenance, And Reliability For Engineers”.
Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management”.
Kementerian Pekerjaan Umum (2001),
Panduan Dan Petunjuk
Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan, Bandung.
Saragi, Tiurma Elita (2007), Tinjauan Manajemen Sistem Drainase
Kota Pematang Siantar, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiama, A Gima.(2014). Diktat Sistem Operasi dan Pemeliharaan.Bandung.
Sugiama, A Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata.Bandung: Guardaya Intimarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar