Rabu, 24 September 2014

SISTEM OPERASI DAN PEMELIHARAAN DRAINASE JALAN



SISTEM OPERASI DAN PEMELIHARAAN DRAINASE JALAN



A.   Sistem Operasi Dan Pemeliharaan
Untuk dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan maka sebelum melaksanakan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan diperlukan perencanaan, pemrograman dan perhitungan biaya untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Gambar 1. Sistem Operasi dan Pemeliharaan Aset

Perencanaan dalam kegiatan Operasi dan Pemeliharaan drainase pada dasarnya sama dengan perencanaan yang dilaksanakan dalam kegiatan alam pada bidang-bidang yang lain, yaitu merencanakan/ mendayagunakan  sumber-sumber  daya / resources yang berupa manusia, material, peralatan, uang, dan metode. 

B.    Definisi Pemeliharaan Drainase Jalan
Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja saluran sesuai dengan desain rencana dimana besar kecilnya pekerjaan didasarkan pada laporan hasil inspeksi (Balitbang PU, 2008, h.2).

Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya.

Pemeliharaan dari pekerjaan drainase kota dapat dibedakan menjadi dua kategori utama:
a)    Pemeliharaan Pencegahan
Ini meliputi semua aktivitas yang dilaksanakan untuk memelihara fungsi optimum dari suatu fasilitas dan komponen-komponennya menurut suatu program pro-jadwal/pre-scheduled. Pemeliharaan pencegahan meliputi: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala dan Pekerjaan Reparasi ( Overhauling alat – alat berat ).

b)   Pemeliharaan Koreksi
Tindakan ini dilaksanakan untuk mencegah munculnya kembali kegagalan dan kerusakan suatu fasilitas. Aktivitas ini diambil atas dasar dari suatu analisa dari kegagalan sebelumnya. Pemeliharaan Koreksi bisa meliputi: Pemeliharaan Khusus, Rehabilitasi, Perbaikan Kapasitas (Normalisasi).

Pemeliharaan Keadaan darurat
Aktivitas ini meliputi pekerjaan mendesak dimana dibutuhkan sebagai hasil dari kegagalan suatu komponen sistem saluran dalam kaitan dengan runtuhnya dinding saluran, erosi, robohnya struktur, dll.

C.    Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan drainase dapat digambarkan menurut sketsa diatas berikut yang terdiri atas empat bagian:

Gambar 2. Pemeliharaan Aset Drainase



C.1  Inspeksi
Gambar 3. Inspeksi Drainase

1)  Inventarisasi sarana drainase, dan dokumentasi atas hasil inventarisasi tersebut. Misalnya : panjang saluran, penampang melintang pada beberapa tempat, keberadaan gorong-gorong, kondisi pintu air, atau kesiapan pompa-pompa yang ada.

2)  Inventarisasi peralatan atau prasarana yang menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan, misalnya : alat berat untuk pembersih lumpur,pompa sementara, gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan saluran, dsb. 

3)  Inventarisasi peran serta masyarakat yang dapat diharapkan dalam kegiatan perbaikan dan pemeliharaan, misalnya : untuk pembersihan saluran secara rutin, pengawasan untuk mencegah pembuangan sampah ke badan saluran.

4)   Identifikasi permasalahan teknis yang akan muncul selama kegiatan, Identifikasi permasalahan teknis yang akan muncul selama kegiatan, Misalnya: pengedukan dan perbaikan tanggul yang rusak. Bilamana ada hambatan, seperti bangunan yang ada diantara saluran atau diatas sarana drainase yang ada, maka hubungi instansi yang terkait, atau misalnya Dinas Tata Kota, untuk membantu memecahkan permasalahannya.

5)    Menilai  sampai  sejauh  mana  kepatuhan  masyarakat atas peraturan yang berlaku, apakah masih banyak penduduk yang membangun kios atau tempat tinggal di bantaran sungai atau saluran.

6)      Mencatat  sampai   sejauh   mana  ada  kerja  sama  dengan pemeliharaan prasarana kota lain, seperti misalnya masihkah para penyapu jalan raya, memasukkan hasil sapuannya ke dalam saluran.


Dalam kegiatan inspeksi sarana dan prasarana drainase, pencatatan yang dilakukan meliputi:
(a)      Saluran Terbuka
Hal-hal yang dicatat pada saluran terbuka adalah ukuran, jenis konstruksi, dan keadaan saluran. Kemudian  mengisi formulir dokumentasi yang ada.

(b)      Saluran Tertutup
Sama dengan pencatatan untuk Inspeksi pada saluran terbuka, hanya pada saluran tertutup ini lebih sukar pelaksanaannya, karena pemeriksa harus merangkak masuk ke dalam saluran melalui bak kontrol (man-hole) dan melihat ke dalam saluran tertutup tersebut dengan diperlengkapi lampu sorot yang kuat. Sebelum memasuki saluran tersebut, perlu  dilakukan beberapa tindakan pengamanan, agar tidak timbul kecelakaan. Bila saluran tertutup ini amat kecil ukurannya, sehingga tak dapat dimasuki oleh Inspektur, maka bagian dalam saluran dapat diperiksa dengan mempergunakan cermin dengan pengaturan ada cermin yang menyorotkan cahaya, ada yang menerima gambar.
Gambar 4. Pengamatan dan Pencatatan
(c)       Gorong-gorong
Pada dasarnya inspeksi terhadap gorong-gorong ini sama halnya dengan pemeriksaan terhadap saluran tertutup seperti yang diuraikan tersebut diatas. Dalam inspeksi gorong-gorong, diperlukan tindakan pengamanan lalu linlas, maupun pengamanan pihak pekerja sendiri terhadap kendaraan yang lewat. Rambu-rambu dengan cat yang jelas, atau blok beton bilamana lalu lintas amat padat dan jalannya kendaraan cukup kencang.
Gambar 4. Inspeksi gorong-gorong

(d)      Man Hole
Sama halnya dengan inlet saluran, maka man hole juga perlu diberi nomor, agar dapat didokumentasikan dengan cermat.

(e)      Kendaraan Truk dan Alat Berat
Pemeriksaan truk merupakan hal yang rutin, seperti kendaraan lain pada umumnya, contoh pemeriksaan pada : keausan roda, keadaan rem, jadwal penggantian oli, dan kelengkapan perlengkapan kendaraan lainnya.
Gambar 5. Pengecekan Truk Pengangkut dan Alat Berat








(f)       Tenaga Kerja
Hal penting adalah jumlah, kualifikasi dan pengaturan tenaga kerja yang ada atau yang perlu direkrut. Pada kegiatan inspeksi ini pencatatan juga dilakukan terhadap produktivitas dan jadwal kerja tenaga yang ada dan yang akan direkrut.
Gambar 6. Kompetensi Tenaga Kerja

C.2  Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya untuk mencatat hasil-hasil dari inspeksi sistim drainase perkotaan. Dokumentasi ini memerlukan suatu peta yang memperlihatkan lokasi seluruh sistem saluran dan bangunan pelengkapnya. Untuk kepentingan pencatatan ini, sebaiknya seluruh sistem saluran dan  bangunan pelengkap yang ada diberi nama atau nomor sehingga keadaan dari sarana dan prasarana yang ada dapat dicatat dalam suatu tabel.
Gambar 7. Dokumentasi

Kegiatan utama dokumentasi meliputi :
a)     Nomor saluran diberikan pada bagian hulu sampai hilir dari saluran sehingga dengan demikian dapat ditetapkan juga arah aliran, yaitu dari nomor hulu ke nomor hilir.
b)    Ukuran saluran dicatat sebagai ukuran rata-rata, karena ukuran saluran kadang-kadang tidak seragam, terutama pada saluran berdinding tanah.
c)     Jenis saluran, baik berupa saluran terbuka tanpa pelapis dinding, dengan pasangan batu kali atau beton, maupun saluran yang terlutup atau berbentuk pipa.
d)    Keterangan lain, dimaksud unluk menjelaskan keadaan dari saluran tersebut. Seperti misalnya endapan yang ada didasar saluran, ada atau tidaknya sampah yang dibuang ke dalam saluran, banyaknya endapan yang harus dibersihkan. kerusakan tanggul, lokasinya, jenis kerusakan, perbaikan yang mungkin dilakukan, bangunan yang menghambat aliran. 
 Gambar 8. Kegiatan Utama Dokumentasi
D.   Pokok Perhatian
Sistem pemeliharaan drainase merupakan masalah pokok yang harus diperhatikan agar sistem drainase dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pokok utama yang menjadi perhatian meliputi:
a)    Stuktur Organisasi Pengolaan/ Pemeliharaan.
Keorganisasian ini memberikan keluasan dan tanggung jawab kerja setiap bagian dalam susunan struktur organisasi.
b)   Koordinasi Antar Instansi
Adanya koordinasi antara pihak PLP dengan instansi lain yang terkait misalnya dengan Telkom, PLN, atau PAM untuk hal pekerjan pemasangan jaringan bawah tanah sehingga masing-masing dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
c)    Adanya Dana yang Cukup
Dana yang tersedia selain dapat diperuntukan pembangunan jaringan baru juga diperuntukan pemeliharaan dan perbaikan jika ada yang rusak dan perlu segera diperbaiki.
d)   Pemeriksaan Secara Periodik
Senantiasa diadakan pemeriksaan secara periodik dan pada saat-saat tertentu - misalnya setelah terjadi hujan lebat sehingga, jika ada kerusakan dapat segera diketahui dan secepatnya diperbaiki terutama pada tempat-tempat yang rawan (seperti daerah-daerah yang struktur tanahnya kurang baik atau saluran pada daerah padat lalulintas).
e)    Pembersihan Secara Periodik.
Pembersihan saluran secara periodik terutama pada daerah-daerah  yang agak datar untuk menghindari adanya endapan lumpur, pasir atau sampah di gorong-gorong.
f)      Penyuluhan
Team operasi pemeliharaan harus dapat memberikan pengertian kepada masyarakat agar mengetahui fungsi saluran drainase sehingga dapat berperan serta dalam pemeliharaan dan menjaga kelangsungan fungsi sistem drainase.

 
Gambar 9. Pokok Perhatian Utama



Gambar 10. Kegiatan Pemeliharaan Drainase


E.    Organisasi  Operasi Dan Pemeliharaan Drainase
Pengelompokkan kegiatan organisasi operasi dan pemeliharaan berdasarkan tanggungjawab pengelolanya yaitu:
1)    Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase utama (major drainage system) yang merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Tingkat II meliputi :
·                Saluran primer
·                Saluran sekunder
·                Saluran tersier
·                Dan bangunan-bangunan pelengkapnya.

2)    Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase lokal (minor drainage system) dikelola oleh masyarakat di lingkungan yang  bersangkutan. Yang termasuk dalam jaringan ini adalah :
·  Saluran kuarter dan yang lebih kecil
·  Saluran-saluran di dalam komplek perumahan, real-estate, kawasan pabrik dll, berikut bangunan-bangunan pelengkapnya.
Untuk menjaga agar pembagian daerah dan tanggung jawab pengelolaan tidak menimbulkan hambatan, perlu batas-batas yang jelas daerah wewenangnya masing-masing, dan program serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan.
Tabel 1
Rujukan
Kementerian Pekerjaan Umum  (2001), Panduan  Dan  Petunjuk  Praktis Pengelolaan  Drainase  Perkotaan, Bandung.
Kementerian Pekerjaan Umum  (2004), Pedoman Pengoperasian Dan Pemeliharaan Saluran Drainase Perkotaan, Bandung.
Balitbang Pekerjaan Umum (2001), Inspeksi Dan Pemeliharaan Drainase Jalan, Bandung.

Minggu, 21 September 2014

EVALUASI PERMASALAHAN SISTEM DRAINASE JALAN Dr. DJUNJUNAN, KOTA BANDUNG



EVALUASI PERMASALAHAN SISTEM DRAINASE JALAN Dr. DJUNJUNAN,
KOTA BANDUNG

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Kota Bandung, permasalahan drainase semakin meningkat pula pada umumnya melampaui kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Akibatnya permasalahan banjir atau genangan  semakin meningkat pula. Pada umumnya penanganan sistem drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu pada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Land Acquisation (pembebasan lahan), Construction (konstruksi), Operation (operasi) dan Maintenance (pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan. Agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus menerus dengan sebaik-baiknya.

Sistem jaringan drainase merupakan salah satu infrastruktur yang penting  dalam pengembangan wilayah perkotaan, agar kota dapat terlihat lebih indah, bersih, tertata dan bebas dari genangan banjir. Sistem jaringan drainase perkotaan yang tidak baik akan merugikan kota dan masyarakat, karena mengganggu lingkungan, menghambat transportasi, mengganggu kesehatan dan memberikan dampak buruk  terhadap sosial dan ekonomi.

Untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan aset drainase sesuai dengan rencana pembangunan, perlu dilakukan usaha-usaha pengelolaan operasi, pemeliharaan dan penanganan yang harus direncanakan dengan baik terhadap aset-aset drainase yang ada di kota Bandung sehingga mampu berfungsi secara optimal dalam mengendalikan genangan dan  kelebihan air permukaan tanah yang mengakibatkan banjir.  
Kota Bandung sebagai salah satu kota besar yang kerap kali mengalami banjir. Penyebab permasalahan banjir yang melanda Kota Bandung ini merupakan hal yang tipikal pada beberapa wilayah di Kota Bandung, yaitu alih fungsi lahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat akibat pembangunan yang masih terus dilakukan, kondisi topografi Kota Bandung yang terletak pada wilayah yang relatif datar dan cekungan seperti mangkuk serta saluran drainase yang sudah tidak mampu menampung air hujan akibat sedimentasi dan sampah. Salah satu contohnya adalah Jalan Dr. Djunjunan, yang didalamnya terdapat sistem tata air Jalan Dr. Djunjunan, yang masih mengalami permasalahan banjir. Banjir pada kawasan ini disebabkan oleh saluran yang ada pada sistem drainase Jalan Dr. Djunjunan sudah tidak mampu menampung air hujan sehingga air hujan melimpas ke jalan. Kondisi ini diperburuk dengan berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi, sampah, dan penyempitan saluran yang terjadi karena perubahan fungsi lahan oleh masyarakat. Untuk mengangani permasalahan banjir di Jalan Dr. Djunjunan, ini perlu ditinjau kondisi eksisting saluran secara keseluruhan, yaitu dengan melakukan evaluasi kondisi eksisting sehingga dapat diajukan beberapa alternatif pemecahan masalah banjir di Jalan Dr. DjunjunanHasil evaluasi menunjukkan bahwa permasalahan-permaaslahan tersebut menyebabkan perbedaan debit antara limpasan yang terjadi dan eksisting, sehingga saluran tidak cukup lagi mengalirkan air hujan pada kondisi saat ini. 
Gambar 1. Penyebab dan Permasalahan Drainase di Jalan Dr. Djunjunan, Bandung


Add caption

 

Sabtu, 20 September 2014

TEORI SISTEM PEMELIHARAAN ASET



TEORI SISTEM PEMELIHARAAN ASET


A.   Definisi Pemeliharaan Aset Menurut Beberapa Sumber
  1. Pemeliharaan  adalah  serangkaian aktivitas untuk menjaga, memperbaiki dan mengembalikan kondisi peralatan atau sistem, agar kinerjanya sesuai dengan fungsi atau rancangannya. (Sugiama, 2014)
  2. Dalam buku “operations Management” pemeliharaan adalah : “all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.(Heizer,2001,h.45)  
  3. Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya. (KemenPU, 2008, h.VII-6).
  4. Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya. (KemenPU, 2008, h.VII-6)

B.    Tujuan Pemeliharaan Aset
  1. Untuk memperpanjang kegunaan asset.
  2. Untuk menjamin ketersediaan optimum aset yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin.
  3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh aset atau peralatan yang diperlukan  dalam keadaan darurat setiap waktu.
  4. Untuk menjamin keselamatan pengguna sarana tersebut.
  5. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien.

C.    Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan ( maintenance) antara lain :
  1. Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
  2. Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya perbaikan yang terus-menerus, maka tidak akan ada pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
  3. Mengurangi persediaan. Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus disiapkan untuk melakukan produksi ulang.
  4. Biaya operasi lebih rendah. Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan persediaan yang rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi lebih rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya biaya tambahan karena proses pengerjaan ulang.
  5. Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus produktivitas adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar (dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar lagi jika output semakin besar.
  6. Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.

D.   Jenis-jenis Pemeliharaan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara , yaitu :
1)    Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:
a)    Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya fungsi peralatan dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management” preventive maintenance adalah : “A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”. Artinya preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk : inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. 

Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya “maintainability, maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yaitu:
  • Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,
  • Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,
  • Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
  • Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,
  • Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan seterusnya,  bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru jadi,
  • Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan,
  • Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.  

b)   Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul terencana. 

Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.

Menurut Dhillon B.S,2001 Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya. Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan. Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya yaitu:

2)    Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)
Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pada umumya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.


Gambar 1. Diagram alir dari pembagian pemeliharaan
(Sumber: Anonim, USU)


Rujukan

Anonim, BAB II Tinajauan Pustaka  “Pemeliharaan (Maintainance)”, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dhillon B.S, (2006) ,“Maintainability, Maintenance, And Reliability For Engineers”.
Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management”. 
Kementerian Pekerjaan Umum (2001), Panduan  Dan  Petunjuk  Praktis Pengelolaan  Drainase  Perkotaan, Bandung.
Saragi, Tiurma Elita  (2007), Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiama, A Gima.(2014). Diktat Sistem Operasi dan Pemeliharaan.Bandung.
Sugiama, A Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata.Bandung: Guardaya Intimarta